Jumat, 25 Juni 2010

Glasgow Coma Scale

Penggunaan Glascow Coma Scale dalam Praktek Fisioterapi

Penanaman konsep GCS dalam praktek bagi fisioterapi perlu dipertimbangkan terutama pada kasus-kasus traumatology, baik yang bersifat Direct Traumatic maupun Indirect Traumatic dan neurolgis. Melalui penerapan GCS dalam praktek, akan memberikan gambaran komprehensif dari seorang penderita karena menilai berbagai respon balik yang menjadi representasi akan tingkat kesadaran dan luasnya kerusakan yang terjadi. Segala konsep pemeriksaan perlu dikuasai dan dipahami, baik dari pendekatan SOP maupun interpretasi nilai, sehingga menjadi petunjuk awal dari kondisi pasien dan indikator keberhasilan program tata laksana fisioterapi yang tersusun dengan baik.

• The Glasgow Coma Scale didasarkan pada skala poin 15 untuk mengestimasi dan mengkategorisasikan dampak dari brain injury sebagai asumsi dasar terhadap kemampuan sosial dan ketergantungan dengan orang lain.
• Skala ini dipublikasikan oleh Graham Teasdale dan Bryan J. Jennett, (1974), Profesor neurosurgery di University of Glasgow. (textbook Management of Head Injuries)
• Fokusnya : tes yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran.
• Alat : Inspeksi
• Satuan : Skor 3 s/d 15
Prosedur
• 1. Pasien diminta untuk melaksanakan perintah dari Tester
• 2. Tester menilai respon yang ada, kemudian menjumlahkaannya.
Semakin besar nilainya semakin baik nilai kesadarannya
Tes ini untuk mengukur:
• 1. Respon motorik
• 2. Respon verbal
• 3. Respon pembukaan mata

I. Motor Response
6 - Obeys commands fully
5 - Localizes to noxious stimuli
4 - Withdraws from noxious stimuli
3 - Abnormal flexion, i.e. decorticate posturing
2 - Extensor response, i.e. decerebrate posturing
1 - No response
II. Verbal Response
5 - Alert and Oriented
4 - Confused, yet coherent, speech
3 - Inappropriate words and jumbled phrases consisting of words
2 - Incomprehensible sounds
1 - No sounds
III. Eye Opening
4 - Spontaneous eye opening
3 - Eyes open to speech
2 - Eyes open to pain
1 - No eye opening
Skor akhir adalah dengan menambahkan nilai dari tes I+II+III.
Akumulasi nila akan membantu para fisioterapis untuk mengkatagorisasikan 4 kemungkinan level dari kemungkinan selamat, dimana angka yang rendah menunjukkan beratnya trauma yang terjadi dan jeleknya prognosis untuk sembuh pada pasien
Sebagai rangkaian adalah seperti klasifiksi berikut:

Ringan atau Mild (13-15):

• Menunjukkan gejala-gejala Traumatik Bain Injury yang ringan atau Mild TBI Symptoms

Sedang atau Moderate Disability (9-12):

• Loss of consciousness greater than 30 minutes
• Physical or cognitive impairments which may or may resolve
• Benefit from Rehabilitation

Berat atau Severe Disability (3-8):

• Coma: unconscious state. No meaningful response, no voluntary activities
Kondisi vegetatif atau Vegetative State (Less Than 3):
• Sleep wake cycles
• Aruosal, but no interaction with environment
• No localized response to pain
Kondisi vegetative yang menetap atau Persistent Vegetative State:
• Vegetative state lasting longer than one month
Kematian otak atau Brain Death:
• No brain function
• Specific criteria needed for making this diagnosis

Klasifikasi Koma
• 1. Berat GCS ≤ 8
• 2. Sedang GCS 9 - 12
• 3. Ringan GCS ≥ 13
Koma didefinisikan sebagai keadaan
• (1) tidak dapat membuka mata,
• (2) tidak dapat mengikuti perintah,
• (3) tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang dapat dimengerti.

PENILAIAN STATUS NEUROLOGIS
Karena para praktisi di bidang kesehatan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan pasien, observasi mereka sangat penting dalam menilai perubahan status neurologis. Catatan dasar neurologis sederhana memungkinkan praktisi membandingkan perubahan neurologis yang terjadi. Memastikan pasien stabil, memburuk atau membaik akan menentukan arah pengelolaan pasien. Agar kosisten dalam membandingkan, dipakai format standar seperti GCS. Untuk menilai pasien secara tepat, maka seseorang harus memahami 4 komponen penilaian neurologis praktis : tingkat kesadaran, fungsi motor, reaksi pupil, respirasi beserta tanda vital lainnya.
Tingkat kesadaran adalah indikator terpenting dari fungsi otak pasien dan biasanya memberikan pertanda pertama bahwa kondisi pasien memburuk. Tingkat kesadaran bervariasi dari sadar penuh, mengantuk, gelisah atau tidak bereaksi. Bila sadar penuh, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan bisa berorientasi atas waktu, tempat dan orang. Pada pasien praverbal, gunakan GCS dengan modifikasi pada unsur verbal. Untuk menilai kesadaran terhadap lingkungan dan refleks, refleks isap bisa membatu menetukan derajat respons pasien. Tahap pertama perburukan diketahui bila anak menjadi gelisah, susah dibangunkan dan bereaksi lambat atau tidak tepat terhadap pertanyaan. Bila harus memberikan rangsang nyeri untuk mendapatkan respons, keadaan pasien nyata telah memburuk.
Indikator kedua yang digunakan adalah fungsi motor. Apakah anak mampu menggerakkan keempat anggotanya dengan kekuatan yang sama dan dengan terkontrol? Pada bayi, periksa kemampuan memegang botol dan atau refleks memegang. Pada anak lebih besar periksa kekuatan, ekualitas bilateral serta kemampuan melepas genggaman tangan. Untuk memeriksa kelemahan yang sangat ringan, suruh anak merentangkan tangannya kedepan sambil menyuruh menutup matanya. Bila ada kelemahan, anggota yang lemah akan bergerak kebawah. Bila satu sisi menjadi lebih buruk, berarti pasien mengalami perburukan neurologis. Periksa juga kesimetrisan wajah.
Indikator fungsi otak ketiga adalah mata (gerak bola mata dan respons pupil). Normalnya pupil ukurannya sama dan bereaksi jelas terhadap sinar. Pupil yang melebar dan bereaksi lambat merupakan masalah serius terutama bila bersama dengan penurunan derajat kesadaran. Gerak mata dicatat pada lembar pengamatan.
Indikator keempat adalah perubahan respirasi dan tanda-tanda vital lainnya. Respirasi akan melambat bila tekanan intrakranial meningkat. Melebarnya tekanan nadi yaitu bertambahnya selisih tekanan sistolik dan diastolik, serta bradikardia juga merupakan tanda lain dari peninggian Tekanan intra cranial. Perubahan tanda-tanda vital biasanya berakibat perubahan yang jelas dari tingkat kesadaran pasien dan dokter harus segera diberitahu perburukan pasien tsb.
Bila status neurologis pasien tidak stabil, tanda-tanda vital neurologis harus diinterpretasikan dan dicatat secara berkala. Pencatatan tanda-tanda neurologis berkisar antara setiap 15 menit dan 2 jam. Bila keadaan cukup stabil, tidak perlu memantau lebih cepat dari setiap 2 jam, namun pengamatan visual tetap merupakan hal yang harus dilakukan secara berkelanjutan sampai diyakini bahwa keadaan telah membaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar