Senin, 25 Mei 2009

PEMERIKSAAN VITAL SIGNS

Vital Signs (Tanda-tanda vital)
________________________________________
• Peralatan yang dibutuhkan
• Pertimbangan umum
• Temperatur
• Respirasi
• Nadi
o Interpretasi
• Tekanan Darah
o Interpretasi

________________________________________
Peralatan yang dibutuhkan
• Steteskop
• Manset tekanan darah
• Jam dengan display detik
• Termometer
Pertimbangan Umum
• Pasien tidak boleh minum alcohol, merokok, minum kopi atau melakukan latihan yang berat dalam 30 menit sebelum pemeriksaan.
• Idealnya pasien harus duduk dengan telapak kaki tersanggah di lantai serta punggungnya tersanggah oleh sanaran kursi. Ruang pemeriksaan haruslah tenang dan pasien dalam keadaan nyaman.
• Riwayat hipertensi, nadi yang lambat atau cepat dan pengobatan saat sekarang harus tersedia.
Temperatur
Temperatur dapat diukur dengan beberapa cara:
• Oral (mulut) dengan thermometer gelas, kertas atau elektronik (normal 98.6F/37C) [1]
• Axillary (ketiak) dengan thermometer gelas atau elektronik (normal 97.6F/36.3C)
• Rectal (anus) atau atau "core" dengan thermometer gelas atau elektronik (normal 99.6F/37.7C)
• Aural (telinga) dengan thermometer elektronik (normal 99.6F/37.7C)
Untuk hal tersebut, pemeriksaan di ketiak kurang akurat dan anus yang paling akurat.
Respirasi
1. Paling baik dilakukan setelah memeriksa denyut nadi pasien. Jangan beritahukan bahwa anda sedang memeriksa respirasinya. [2]
2. Tanpa melepaskan pergelangan tangan pasien, mulailah mengamati pernapasan pasien. Apakah normal atau terengah-engah?
3. Hitung pernapasan selama 15 detik dan kalikan jumlah tersebut 4 kali untuk mengetahui pernapasannya per menit.
4. Untuk orang dewasa, normalnya dalam keadaan istirahat irama pernapasan antara 14 – 20 napas/menit. Respirasi yang cepat disebut tachypnea.
Nadi
1. Duduk atau berdiri berhadapan dengan pasien.
2. Pegang pergelangan tangan pasien dengan tangan anda yang bebas (tidak mengenakan jam tangan) (tangan kanan pasien dengan tangan kanan pemeriksa atau tangan kiri pasien dengan tangan kiri pemeriksa). Pegang tangan pasien seperti anda sedang berabat tangan.
3. Tekan arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari tengahmu.
4. Catat apakah denyut nadi teratur atau tidak teratur:
o Regular (teratur) – irama denyutan rata, mungkin sedikit berbeda dengan respirasi.
o Regularly Irregular (tidak teratur secara beraturan) – pola teratur secara keseluruhan dengan denyutan yang melompat
5. Irregularly Irregular (tidak teratur secara tidak beraturan) (- Kacau, tidak ada pola yang jelas, sangat sulit untuk mengukur iramanya secara akurat)
6. Hitung denyut nadi selama 15 detik dan kalikan 4.
7. Hitung selama 1 menit jika denyut nadi tidak beraturan. [3]
8. Catat kecepatan denyut dan irama denyutan.
Interpretasi
• Denyut nadi yang normal untuk orang dewasa adalah antara 60 dan 100 denyutan per menit (lihat dibawah untuk anak-anak).
• Denyut nadi yang lebih besar dari 100 kali/menit disebut tachycardia. Denyut nadi kurang dari 60 kali/menit disebut bradycardia. Tachycardia dan bradycardia bukanlah berarti tidak normal. Atlit cenderung bradycardic saat istirahat (kondisi superior). Tachycardia adalah respon normal terhadap stess atau latihan.
Tekanan Darah
1. Posisikan lengan pasien sehingga lipatan anticubital sejajar dengan jantung. Sanggah lengan pasien dengan lengan pemeriksa atau disamping meja.
2. Titik tengah dari lipatan manset di atas arteri brachialis sekitar 2 cm di atas lipatan anticubital. Ukuran manset yang tepat sangat penting untuk menyediakan pembacaan yang akurat. Pastikan garis indeks tepat saat melilitkan manset. Posisi lengan pasien agak sedikit ditekuk pada sikunya. [4]
3. Palpasi denyutan radialis dan pompa manset sampai denyutannya menghilang. Ini merupakan estimasi kasar dari tekanan sistolik. [5]
4. Letakkan steteskop diatas arteri brachialis. [6]
5. Pompalah manset hingga 30 mmHg diatas estimasi tekanan sistolik.
6. Kurangi tekanan secara perlahan, tidak lebih besar dari 5 mmHg per detik.
7. Level dimana secara konsisten terdengar adalah tekanan sistolik. [7]
8. Lanjutkan hingga tekanan yang lebih rendah hingga suara berdegup dan menghilang . Ini adalah tekanan diastolik. [8]
9. Catat tekanan darah sebagai sistolik diatas diastolik (misalnya"120/70").
Interpretasi
• Tekanan darah yang lebih tinggi adalah normal saat melakukan usaha atau stress lainnya. Tekanan darah sistolik dibawah 80 adalah tanda penyakit yang serius atau shok.
• Tekanan darah harus diambil pada kedua tangan pada usaha yang pertama. Jika terdapat perbedaan lebih dari 10 mmHg antara kedua tangan, gunakan tangan dengan lengan dengan pembacaan yang lebih tinggi untuk pemeriksaan selanjutnya.
• Hal ini biasanya membantu untuk mengukur kembali tekanan darah pada akhir kunjungan. Tekanan yang lebih awal biasanya lebih tinggi, yang disebabkan oleh efek "white coat".
• Selalu memeriksa kembali tekanan darah yang tidak diduga oleh anda sendiri.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <140 <90
Hypertensi isolasi sistolik >140 <90
Hypertensi ringan 140-159 90-99
Hypertensi sedang 160-179 100-109
Hypertensi berat 180-209 110-119
Hypertensi krisis >210 >120
• Pada anak-anak, denyut nadi dan tekanan darah bervariasi dengan usianya. Tabel berikut disajikan sebagai petunjuk kasar:
Rerata Denyut Nadi dan Tekanan Darah Pada Anak yang Normal
Usia Lahir 6 bulan 1 thn 2 thn 6 thn 8 thn 10 thn
Denyut Nadi 140 130 115 110 103 100 95
Tekanan Darah Sistolik 70 90 90 92 95 100 105
________________________________________

Selasa, 19 Mei 2009

Penanganan Fisioterapi Pada Osteoarthritis

Osteoarthritis
Osteoarthritis ditandai oleh nyeri yang biasa pada tangan dan sendi-sendi seperti lutut, hip, dan tulang belakang. Prevalensi penyakit ini paling banyak pada individu dengan usia 45 tahun ke atas. Perempuan paling banyak menderita OA
• Osteoarthritis mengenai sekitar 21 juta penduduk AS dan ditandai adanya rasa nyeri sedang pada sendi yang bergerak
• Khususnya sendi penumpuh berat badan (knees, hips, feet and back)
• Penyakit ini ini paling sering terjadi pada wanita
• Usia 45 tahun ke atas

Apa itu OA?
Penyakit sendi degenerative, OA adalah salah satu bentuk arthritis yang paling tua. Penyakit ini menimbulkan kerusakan kartilago yng ditemukan dalam persendian. Kerusakan ini melepaskan penghalang antara tulang dan menyebabkan kedua tulang saling bergesekan, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan bahkan hilangnya gerak. Gejala-gejala termasuk rasa nyeri (kadang setelah latihan atau adanya masa pembebanan yang lama pada sendi penumpuh berat badan) dan menghambat atau bahkan menghilangkan jarak gerak sendi.




PENYEBAB

• OA Primer umumnya berkaitan dengan pertambahan usia.
• OA Sekunder biasanya disebabkan oleh penyakit yang lain, termasuk obesitas, gout, trauma berulang




Ketika permukaan kartilago yang mengalami kerusakan, lutut yang rusak akan mengalami deformitas seperti bowleggedness (varus) atau knock knees (valgus). Deformitas ini akan dapat memberikan kontribusi rasa nyeri dan hilangnya fungsi sendi lutut.
• Adalah degenerative joint disease, penyakit ini menyebabkan rusaknya kartilago dalam persendian.
• Kerusakan ini membuat hilangnya “buffer” diantara tulang pembentuk sendi, sehingga tulang saling bergesekanan
• Gesekan tersebut mengakibatkan rasa nyeri
• Bahkan kehilangan rasa nyeri
• Gejalanya termasuk nyeri sendi (kadang setalah latihan atau adanya pembebanan berat badan saat berdiri lama
• ROM menjadi terbatas dan bahkan hilang
Ketika permukaan kartilago sendi mengalami kerusakan maka sendi tersebut akan kolaps Sendi akan mengalami deformitas, seperti bowleggedness (varus) atau knock knees (valgus). Kecacatan ini dapat memberikan kontribusi terhadap rasa nyeri dan gangguan fungsi pada lutut

Bagaimana sampai seseorang menderita Osteoarthritis?
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya dan menjeleknya penyakit tersebut:
Faktor resiko termasuk:
• Penuaan
• Obesitas
• Trauma sendi (olah raga, kerja atau kecelakaan)
• Genetika
Bagaimana sampai seseorang mengetahui bahwa dirinya mengalami osteoarthritis?
Seseorang harus mencari suatu diagnosis dari seorang dokter. Setelah pemeriksaan fisik dan rincian gejala yang telah didiskusikan, dokter kemungkinan akan merekomendasikan X-foto untuk mengkonfirmasikan keberadaan penyakit tersebut.
Bagaimana Prinsip Manajemen Fisioterapi OA
Selain mengendalikan berat badan dan mencegah aktivitas latihan yang memberikan pembebanan pada kartilago sendi, sebenarnya tidak terdapat pengobatan khusus untuk memperbaiki degenerasi kartilago pada OA.
Tujuan pengobatan OA adalah untuk mengurangi nyeri sendi dan peradangan sendi sambil mempertahankan fungsi sendi.
• Istirahat pada sendi yang nyeri akan menurunkan pembebanan pada sendi dan bengkak pada sendi.
• Pasien diminta untuk mengurangi intensitas dan frekuensi aktivitas yang berkonsekuensi dengan timbulnya nyeri sendi
• Latihan pada OA dilakukan dengan level yang tidak menimbulkan nyeri.
• I : Perkuat otot yang ada disekitar sendi dan cegah “freezing up” dan mobilitas sendi
• II : Bantu menurunkan BB dan perbaiki daya tahan
• III: Berikan local heating sebelum latihan dan cold pack setelah latihan untuk mencegah inflamasi
• Rendaman Paraffin wax, rendaman air hangat, pemakian pakaian hangat (kaos tangan) membantu mengurangi keluhan.
Tipe Latihan yang sebaiknya diberikan
• Aktivitas aerobic untuk 30 menit dan dengan frekuensi setiap hari
• Contoh aktivitasnya adalah : Berjalan, berenang dan bersepeda
• Lakukan juga latihan beban 2 x seminggu
• Warming up selama 5 menit sebelum latihan
• Berjalan secara perlahan dan penguluran adalah aktivitas waming up yang baik
• Lakukan juga cool down dengan penguluran selama 5 menit saat selesai latihan
• Latihan hanya baik saat perasaan pasien enak
• Jika latihan tidak dilakukan dalam 2 minggu maka pastikan mulai latihan secara perlahan



Bagaimana opsi pengobatan OA?
Opsi pengobatan OA, termasuk:
• Latihan pada sendi dan otot untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas
• Penatalaksanaan berat badan untuk menurunkan pembebanan pada sendi
• Pengobatan dengan obat Anti-inflammatory untuk kasus penyakit sendi degenerative
• Terapi panas/dingin
• Synovectomy (bedah pengeluaran jaringan synovial yang meradang)
• Osteotomy (restrukturisasi tulang pada area yang mengalami pembebanan berat badan agar menjadi jaringan yang lebih sehat)
• Partial knee replacements (unicompartmental knee – pelepasan bagian dari sendi yang mengalami gangguan sendi)
• Total knee replacement (diberikan jika OA yang terjadi sangat berat)
Bagaimana Aktivitas fungsional dan Rekreasinya?
• Berenang
• Berjalan
• Melihat pemandangan
• Sepeda statis tanpa tahanan
• Latihan mengangkat beban
• Memancing
• Rileksasi dan music terapi
Contoh kegiatan AFR
1. Berenang di Pantai yang hangat
2. Berendam dalam kolam renang dengan suhu yang cukup hangat
3. Latihan static kontraksi otot tungkai saat menonton TV
4. Latihan mengangkat beban

Jumat, 03 April 2009

Akademi Fisioterapi Makassar


Rekan-rekanku di Kampus Hertasning tahun 1986
Kita masih bisa tersenyum bersama menapak asa fisioterapi di Makassar dan Indonesia untuk menjadi yang terbaik
Saat ini kita telah tersebar di seluruh penjuru tanah air sebagai Fisoterapis dengan segundang gelar tambahan, tapi tetaplah ukir dalam hati dengan keikhlasan bahwa kita adalah satu dalam bingkai Ikatan Alumni Fisioterapi Makassar

Material Manual Handling






Teknik mengangkat memberi peluang untuk terjadinya keluhan muskuloskeletal, seperti Law Back Pain dan Shoulder Pain
Agar dapat meminimalkan resiko tersebut, maka dibutuhkan pemahaman tentang tata cara mengangkat yang baik dan benar

Claudication Exercises





PROSEDUR LATIHAN PADA KLAUDIKASI BERKALA

1. Posisi penderita tidur terlentang dengan kedua lutut diluruskan.
Mintalah pasien untuk menggerakkan pergelangan kaki kearah atas sedang kaki yang satunya ke arah bawah. Gerakan dipertahankan selama 6 – 8 hitungan hingga terasa adanya penarikan pd otot-otot betis kemudian rileks.

2. Posisi sda no. 1
Mintalah pasien menggerakkan sendi pergelangan kakinya dengan arah gerakan memutar ke dalam dan kluar. Rangkaian gerakan dilakukan secra perlahan, dngan durasi 6 – 8 detik setap satu siklus gerakan kemudian rileks.
3. Posisi sda no. 1
Mintalah pasien untuk menekuk lututnya kearaah dada yang kemudian dipertahankan oleh pasien dgn memegang lutut selama 6 – 8 hitungan,selanjutnya lakukan pda kaki yg satunya.
4. Posisi penderita duduk diatas tempat tidur dengan kedua tungkai lurus, kemudian mintalah pasien untuk menyentuh ujung jari kaki dan pertahankan selama 6 – 8 hitungan.
5. Posisi penderita duduk disamping bed .
Mintalah pasien untuk meluruskan salah satu sendi lututnya hingga sejajar dgn paha, kemudian perintahkan untuk menggerakkan sendi pergelangan kakinya kearah atas, kebawah, memutar kedalam dan keluar yang setiap gerakannya dipertahankan 6 – 8 hitungan kemudian rileks.lakukan yang sama pd tungkai yg satunya.
6. Posisi sda no. 5
Mintalah pasien untuk menekuksalah satu sendi pangkal paha sekitar 120° , kemudian perintahkan pasien untuk menggerakkan sendi pergelangan kaki pd paha yg ditekuk untuk melakukan gerakan ke atas, ke bawah serta memutar ke luar dan ke dalam secara lambat dan dipertahankan selama 6 – 8 hitungan kemudian rileks.
7. Posisi pasien berdiri.
Mintalah pasien untuk berposisi seperti akan melangkah, dgn satu tunngkai didepan tertekuk sekitar 120°, sedang tungkai yg dibelakang dlm posisi lurus, kemudian lakukan gerakan seperti akan melangkah dimana ujung jari kaki tetap dilantai, sedangkan telapak kaki dan tumit terangkat dari lantai. Pertahankan posisi ini 6 – 8 hitungan kemudian rileks. Lakukan yang sama pada tungkai yang satunya.
8. Posisi sda no. 7
Mintalah pasien untuk merapatkan kedua kakinya dan tangan memegang ujung meja atau tempat tidur, kemudian menjinjit selama 6 – 8 hitungan, selanjutnya dgn kaki tetap jinjit suruh jongkok dan pertahankan 6 – 8 hit setelah itu mintalah untuk berdiri kembali dgn posisi tetap dlm keadaan jinjit dan pertahankan selama 6 – 8 hitungan kemudian rileks.
9. Posisi berdiri dgn satu kaki diletakkan di atas bangku yg tingginya 20 cm, sedng kaki yg satunya tetap dlm keadaan lurus dibelakang.
Mintalah pasien untuk miring kedepan dgn tetap mempertahankan agar tungkai yg dibelakang dlm kedaan lurus, sedang tungkai yg diletakkan pd bangku makin ditekuk serta dipertahankan 6 – 8 hitungan. Lakukn sec. Bergantian.
10. Posisi sda no. 7
Mintalah pasien untuk menekuk salah satu lututnya secara maksimal sehingga betis dan paha saling bertemu, kemudian pegang dgn tangan yg sesisi dr kaki tersebut, selanjutnya tarik kaki tsb. Kebelkang hingga otot pha bagian depan terasa tertarik. Pertahankan selama 6 – 8 hitungan. Lakukan pd tungkai yang satunya.
11. Posisi sda no. 7
Mintalah pasien untuk menunduk kedepan dengan jari-jari tangan berusaha menyentuh ujung jari kaki, pertahankan agar tungkai bawah tetap lurus hingga terasa adanya penarikan otot-otot bagian belakang tungkai. Pertahankan gerakan ini selama 6 – 8 hitungan kemudian rileks.

Kamis, 02 April 2009

Wisuda S1 Fisioterapi Profesi


Boleh juga !!!

Wisuda S1 Fisioterapi Profesi


Santai dan senang dari wisudawan S1 Fisioterapi Profesi Unhas tahun 2009

Skoliosis

Istilah skoliosis digunakan untuk menggambarkan terjadinya deviasi kurva tulang belakang secara abnormal. Kurva ini dapat berkembang 1 kurva atau yang berbentuk C dan juga dapat berkembang 2 kurva atau yang berbentuk S.

Skoliosis biasanya berkembang pada bagian tulang belakang thorakal atau area di antara bagian punggung atas dan bagian punggung bawah (area thorakolumbar). Hal ini mungkin juga terjadi pada bagian punggung sisi bawah (tulang belakang lumbal)
Penyebab Scoliosis dan faktor resiko
Skoliosis data disebabkan secara;
 Kongenital
 Developmental atau perkembangan
 Degeneratif atau proses penuaan
 Idiopathic (penyebab yang tidak diketahui
Skoliosis congenital; hal ini relatif bentuk yang jarang dari kesalahan formasi congenital dari tulang belakang. Pasien dengan skoliosis congenital akan berkembang menjadi skoliosis deformitas saat bayi.
Skoliosis neuromuscular; hal ini mungkin terjadi saat kurva tulang belakang ke satu sisi yang disebabkan oleh kelemahan otot spinalis atau masalah neurologis. Bentuk dari skoliosis ini biasanya pada seseorang individu yang tidak dapat berjalan karena kondisi neuromuscular (misalnya muscular dystrophy atau CP). Hal ini juga biasa disebut dengan myopathic scoliosis
Skoliosis degenertif juga dapat berkembang setelah usia lanjut, di mana sendi-sendi pada tulang belakang mengalami degenerasi dan memacu pembengkokan pada tulang belakang. Skoliosis ini juga disebut Adult Scoliosis
Skoliosis idiopatik merupakan bentuk yang paling umum di mana berkembang pada usia remaja. Karena paling sering terjadi saat remaja maka kondisi ini terkadang disebut juga adolescent scoliosis.
Skoliosis tidak terjadi sebagai dampak dari jenis kegiatan olahraga, pemakaian tas backpack, posisi tidur, postur atau adanya perbedaan panjang tungkai yang kecil.
Tes Scoliosis
Biasanya skoliosis pertama kali terdiagnosis pada saat pemeriksaan di sekolah atau saat pemeriksaan berkala dari seorang dokter pediatric. Umumnya tes yang dilakukan adalah the Adam’s forward bend yang rutin dilakukan di sekolah, dimana grade dari skoliosis ini sudah lebih berat (grade V atau VI).
Tes ini dilakukan dengan cara menyuruh orang tersebut untuk antefleksi dengan lengan di ulur kebawah sampai menyentuh lantai dengan lutut tetap ekstensi sambil diamati oleh pemeriksa dari belakanguntuk mengetahui sudut asimetritas trunkus.
Karena kurva skoliosis biasanya terjadi pada thorax atau pada thoracolumbal (upper back dan mid back), maka biasanya terbentuk juga asimetritas pada tulang belakang lumbal atau pada perbedaan ketinggian level bahu.
• Pemeriksaan fisik untuk memastikan ada tidaknya gangguan neurological. Gangguan neurological yang menyebabkan terjadinya skoliosis jarang terjadi tetapi perlu diperiksa karena skoliosis dapat mempengaruhi spinal cord.
• Sinar X ditujukan untuk membuat konfirmasi diagnosis skoliosis dan memeriksa besarnya kurva tulang belakang. Sinar X memberikan beberapa indikasi jika terjadi gangguan pada kerangka tubuh, sehingga akan turut mempengaruhi pengambilan keputusan pemberian pengobatan
• Terkadang dibutuhkan juga pemeriksaan MRI jika diperoleh pembengkokan pada daerah tulang belakang thoracalis dan cervicalis dan timbulnya gejala neurological yang menunjukkan terjadinya penekanan pada medulla spinalis (brisk reflex). Jika terjadi kurvatur ke sisi kiri karena umumnya kurvaturnya kea rah kanan, atau anak masih sangat muda ( 8 – 11 tahun).
Tergantung pada hasil dari evaluasi klinis dan tes diagnosis, rencana pengobatan dapat direkomendasikan misalnya dengan pemakian brace atau pembedahan untuk memperbaiki atau mengoreksi kurva tulang belakang.
Gejala-gejala Scoliosis
Pada anak-anak dan remaja, skoliosis terkadang tidak memiliki gejala-gejala yang tercatat. Biasanya skoliosis tidak menampakkan gejala sampai pada akhirnya kurva sudah makin menjelek secara nyata.

Seseorang dengan skoliosis akan mempunyai gambaran sebagai berikut:
 Satu bahu lebih tinggi daripada yang lainnya
 Satu tulang bahu lebih menonjol keluar dari pada tulang bahu sebelahnya
 Sisi rongga dada tampak lebih tinggi dari pada yang sebelahnya
 Satu hip tampak lebih tinggi dan lebih menonjol ke depan daripada hip sebelahnya
 Pinggul tampak tidak rata
 Badan akan miring ke satu sisi
 Satu kaki tampak lebih pendek dari pada sebelahnya
Nyeri bukanlah gejala yang khas dari skoliosis. Nyeri punggung pada anak-anak dan remaja yang menderita skoliosis bisa jadi indikasi dari masalah yang lain sehingga harus dievaluasi lebih mendalam.

Minggu, 29 Maret 2009

Reuni 2009


Acara serah terima jabatan dari Ketua IKA Fisioterapi Makassar tahun 2004-2009 (Anshar, S.Pd, M.Kes, RPT) ke Ketua IKA Fisioterapi Makassar terpilih periode tahun 2009-2013 (Dwi Rustyanto, Amd.FT)
Dilaksanakan di Kawasan wisata alam Bantimurung dalam suasana santai setelah 4 hari melaksanakan kegiatan yang super sibuk, yaitu dirangkaikan dengan workshop mobilisasi saraf, laporan pertanggungjawaban pengurus periode 2004-2009 di Auditorium Inin Nawa Madeceng RS Dr. Tajuddin Chalid serta Back To Campus di Kampus Jurusan Fisioterapi Poltekkes Depkes Makassar dan diakhiri oleh tudang sipulung dan ramah tamah di Bantimurung.
Sukses untuk pengurus IKA Fisioterapi Makassar periode 2009-2013
Selamat bekerja rekan

Wisuda S1 Fisioterapi Profesi


Foto wisudawan S1 Fisioterapi Profesi Unhas yang sedang berfose gembira setelah mengikuti prosesi wisuda tanggal 25 Maret 2009 di auditorium Andi Pangerang Pettarani Universitas Hasanuddin Makassar
Kami menanti kedatangan rekan-rekan fisioterapi Indonesia untuk melanjutkan pendidikan S1 Fisioterapi profesi di Makassar Sulawesi Selatan

Wisuda S1 Fisioterapi Profesi


Alumni angkatan I S1 Fisioterapi Profesi Program Studi Fisioterapi Fakultas kedokteran Universitas hasanuddin Makassar dengan gelar SFT, Physio ternyata dapat juga berpose santai dan tetap asyik
Bravo fisioterapi Indonesia
Semoga menjadi awal dari harapan fisioterapi profesional, mandiri dan tidak terdikte oleh dokter spesialis rehabilitasi medik (Sp. RM)
Kita harus bangkit bersama
Tidak perlu terkotak-kotak oleh background pendidikan (D3, D4 atau S1 Fisioterapi Profesi) yang penting untuk fisioterapi Inonesia yang lebih jaya di kedepan hari
Mohon tetap kompak dan mari sukseskan S1 Fisioterapi profesi yang ada di Unhas Makassar

Wisuda S1 Fisioterapi


Gambar rekan-rekan Fisioterapi yang telah menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Fisioterapi Profesi pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, dengan Gelar S.FT, Physio.
S.FT adalah gelar Sarjana untuk Fisioterapi
Physio adalah gelar untuk Profesi Fisioterapi
Universitas Hasanuddin adalah Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia Timur dan Progam Studi S1 Fisioterapi Profesi ini berada dalam Fakultas Kedokteran, sehingga apalagi yang menjadi bahan pertanyaan kita sebagai insan fisioterapi di Indonesia.
karena jika kita mendukungnya dengan kuat, maka potensi untuk menuju S2 Fisioterapi dan malahan S3 Fisioterapi akan menjadi kenyataan dari impian kita yang sangat panjang. Bukankah itu telah terbukti untuk Program Studi Keperawatan dimana S2 dan S3nya telah lama teraktualisasikan.
Harapan saya semoga rekan-rekan Fisioterapi Indonesia mensukseskan asa yang ada di Makassar dengan datang berbondong-bondong untuk melanjutkan pendidikan di Unhas dalam Program Studi S1 Fisioterapi Profesi.
Tidak harus menjadi perdebatan mengapa lahirnya di Makassar, tetapi lihatlah sebagai anugrah terindah dari Allah SWT Tuhan Semesta alam.
Harus ada kepedulian kita untuk menjadi profesi mandiri dan lepas dari dokter Sp.RM dan itu hanya bisa dimulai dari perubahan mindset Vokasional menjadi Profesi (lihat UU Sisdiknas perihal apa yang disebut pendidikan vokasional (D1 s/d D4) dan pendidikan Profesi adalah pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan itu berhasil dibuktikan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
Selamat untuk rekan-rekan menjadi Wisudawan Angkatan I dari S1 Fisioterapi Profesi (S.FT, Physio) yang diwisuda pada tanggal 25 Maret 2009 oleh Rektor Unhas: Prof DR. dr. Idrus Paturusi, FICS,
Terima kasih buat: Pengurus IFI Pusat yang telah memberikan izin prinsip, kepada PPSDM dan Dirjen Dikti atas izin operasional sehingga legalitas formalnya telah lahir dan lahirnya ada di Makassar
Salut untuk rekan-rekan yang mau berlelah-lelah menempuh pendidikan selama 3 semester untuk sarjana dan 2 semester untuk profesi. Semoga angkatan I akan tetap diikuti oleh angkatan II, III dan angkatan seterusnya.
Terima kasih buat Allah SWT atas karunia terindah bagi kami Insan fisioterapi yang haus untuk menempuh pendidikan dan mencari jatidiri sesuai harapan WCPT.
Insya Allah kesetaraan dengan dokter sebentar lagi akan terwujud dan itu ada ditangan saudara-saudari rekan fisioterapi
Bravo Unhas, bravo IFI

Minggu, 22 Maret 2009

Kegel exercises

Kegel Exercises
Kegel exercises adalah suatu rangkaian latihan yang didisain untuk memperkuat otot-otot dasar panggul. Banyak wanita dengan inkontinensia urin dapat mengurangi keluarnya air seni saat batuk, tertawa, bersin atau aktivitas lainnya melalui latihan pada otot-otot dasar panggul. Latihan ini disebut Kegel exercises

Dr.Arnold Kegel mengembangkan Kegel exercises tahun 1948 sebagai suatu metode untuk mengendalikan inkontinensia (ketidakmampuan menahan air seni) pada wanita setelah melahirkan. Latihan ini sekarang direkomendasikan pada:
• Wanita dengan inkntinensia urin karena stress
• Pria dengan inkontinensia urin setelah operasi prostat
• Sesorang dengan gangguan inkontinensia faeses
Kegel exercises memperkuat otot-otot dasar panggul untuk meningkatkan fungsi spinter uretra dan rectum. Keberhasilan latihan ini tergantung pada teknik yang benar dan program latihan yang teratur.
Keuntungan Kegel exercises
Kegel exercises memperkuat beberapa otot-otot yang mengendalikan aliran urin. Kegel exercises direkomendasikan pada seseorang yang memiliki masalah dengan control perkemihan (inkontinensia urin).
Pada wanita, Kegel exercises membantu mereka yang menderita inkontinensia urin karena stress atau prolapsus uterin. Saat hamil dan melahirkan, otot dasar panggul dapat menjadi terulur dan melemah, umumny mengakibatkan masalah pengendalian kencing selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah melahirkan. Kelemahan dasar panggul dapat juga memungkinkan satu atau beberapa organ panggul longgar (prolapsus uterin). Jika anda sedang hamil, mulailah melakukan Kegel exercises setiap hari dan lanjutkan hingga sudah melahirkan
Pada Pria, Kegel exercises digunakan untuk mengobati inkontinensia karena stress dan inkontinensia karena proses desakan, suatu keinginan untuk kencing yang begitu kuat dimana anda tidak dapat mencapai toilet pada saat itu.
Melakukan Kegel exercises
• Kegel exercises mudah dilakukan dan dapat dilakukan dimana saja tanpa diketahui oleh orang lain.
• Pertama, saat anda duduk atau berbaring, berusahalah untuk mengkontraksikan otot-otot yang digunakan untuk menahan kencing. Anda harus merasakan bahwa otot panggulmu menekan saluran kencingmu dan jika perut dan pantatmu mengencang, maka anda tidak melakukan latihan dengan benar.
• Sekali anda telah mengetahui cara yang tepat untuk mengkontraksikan otot-otot panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks selama 3 detik.
• Ulangi latihan ini 10 – 15 kali setiap sesi latihan. Usahakan melakukan latihan ini sekurang-kurangnya 3 kali sehari. Kegel exercises hanya efektif jika dilakukan secara teratur. Lebih sering anda latihan, maka latihan ini akan tampak lebih bermanfaat.
• Fisioterapis mungkin mengharapkan anda melakukan latihan ini disertai dengan biofeedback untuk memastikan anda melakukan dengan benar. Biofeedback memungkinkan anda dapat melihat, merasakan atau mendengar saat latihan dilakukan dengan benar.
Banyak orang lebih senang melakukan latihan ini sambil tidur terlentang atau duduk di atas kursi. Setelah 4 – 6 minggu, banyak orang mencatat beberapa kemajuan. Hal ini dapat berlangsung 3 bulan untuk melihat perubahan yang besar.
Pendapat yang salah: Beberapa orang merasa bahwa mereka dapat mempercepat peningkatan dengan cara penambahan jumlah pengulangan dan frekuensi latihan. Meskipun demikian, latihan yang berlebihan sebaliknya dapat membuat otot melemah dan meningkatkan masalah ngompol. Jika anda merasa kurang nyaman pada perut dan punggung ketika melakukan latihan ini, kemungkinan anda melakukannya dengan cara yang salah.
Beberapa orang menahan napasnya atau mengencangkan dadanya ketika berusaha mengkontraksikan otot-otot dasar panggul. Rileks dan konsentrasi pada kontraksi hanya pada otot-otot dasar panggul. Saat melakukan dengan cara yang benar, Kegel exercises akan menunjukkan hasil yang sangat efektif pada perbaikan kontinensia urin.

Water exercises


Daya bouyanci dan resistance dari air akan memberikan manfaat besar bagi program latihan perbaikan pola jalan.
Fisioterapis perlu menganalisis dan efek yang baik guna memotivasi pasien untuk latihan berjalan. Meskipun demikian tetap harus dianalisis Need Assesment pasien

Reuni 2009


Asyiknya kebersamaan rekan-rekan sesama alumni fisioterapi makassar di Bantimurung
Kalo sudah begini siapa yang sanggup mengalahkan kebersamaan cinta kita
Bravo Alumni Fisioterapi Makassar

Reuni 2009


Praktek Neural Mobilisation Oleh Pak Sugiyanto di depan Peserta Reuni IKA Fisioterapi Makassar tahun 2009
Peserta pada asyik menyimak
Bravo buat peserta dan pak Giyanto

Fisioterapi Traumatik

Fisioterapi pada Rudapaksa Akut
Oleh : Anshar Ramada Teja


Sebenarnya untuk mengembangkan suatu Feedback loop of Treatment dalam Fisioterapi yang saat ini dikenal sebagai proses fisioterapi, maka perlu dikenal the natural history of disease (riwayat perjalanan suatu penyakit) sebagai suatu upaya mengenal tingkatan akut atau kroniknya suatu penyakit.
Jika mengacu pada perjalanan suatu penyakit, misalnya karena adanya suatu trauma, maka perlu digambarkan fase-fasenya hingga memahami arti pentingnya proses penyembuhan seperti yang tergambar dalam fase-fase di bawah ini:


Demikian pula dengan tanda-tanda dari suatu inflamasi adalah:
1. Kemerahan
2. Pembengkakan
3. Nyeri tekan
4. Meningkatnya suhu
5. Gangguan fungsi gerak

Berdasarkan tanda-tanda tersebut di atas, maka seorang fisioterapi menjadikan sebagai petunjuk untuk merancang suatu pentalaksanaan pengobatan fisioterapi sekaligus dapat dijadikan sebagai indikator progresivitas keberhasilan suatu program pengobatan.

Untuk itu, diperlukan suatu penerapan proses fisioterapi yang terevaluasi dan reevaluasi, agar dapat memberikan arahan yang tepat dalam mengobati seorang pasien. Hal ini sangat dibutuhkan agar posisi fisioterapi sebagai profesi menjadi lebih aktual dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.

Kerangka acuan pengobatan

Fase Estimasi waktu Gambaran Klinis Kemungkinan modalitas yang digunakan Rasionalisasi penggunaannya
Akut Saat trauma sampai dengan hari ketiga Pembengkakan, sakit saat disentuh, sakit saat digerakkan • Cryotherapy/terapi es
• Electrical Stimulation Current/Stimulasi arus elektris
• Intermittent Compression/penekanan berkala
• Low power laser/Laser power rendah
• Ultrasound
• Istirahat • Menurunkan pembengkakan, dan menurunkan nyeri
• Menurunkan nyeri
• Menurunkan pembengkakan
• Menurunkan nyeri
• Efek non-thermal untuk memacu penyembuhan
Respon Peradangan Hari pertama sampai dengan hari keenam Bengkak berkurang, hangat saat disentuh, perubahan warna kulit, sakit saat disentuh, sakit saat digerakkan • Cryotherapy/terapi es
• Electrical Stimulation Current/Stimulasi arus elektris
• Intermittent Compression/penekanan berkala
• Low power laser/Laser power rendah
• Ultrasound
• Latihan gerak sendi • Menurunkan pembengkakan, menurunkan nyeri
• Menurunkan nyeri
• Menurunkan pembengkakan
• Menurunkan nyeri
• Efek non-thermal untuk memacu penyembuhan
Perbaikan Fibroblastik Hari keempat sampai dengan hari ke sepuluh Sakit saat disentuh, sakit saat digerakkan, bengkak • Thermotherapy/pemanasan
• Electrical Stimulation
Current/Stimulasi arus elektris
• Low power laser/Laser power rendah
• Intermittent Compression/penekanan berkala
• Ultrasound
• Latihan gerak sendi
• Latihan penguatan • Panas ringan untuk meningkatkan alian darah
• Menurunkan rasa nyeri melalui muscle pumping (penekanan otot)
• Menurunkan rasa nyeri
• Memfasilitasi aliran limfatik
• Efek non-thermal untuk memacu penyembuhan
Maturasi dan pembentukan kembali Hari ketujuh sampai dengan pemulihan Bengkak, tidak ada lagi nyeri saat disentuh, berkurangnya nyeri saat digerakkan • Ultrasound
• Electrical Stimulation
Current/Stimulasi arus elektris
• Low power laser/Laser power rendah
• Shortwave diathermy/SWD
• Microwave diathermy/MWD
• Latihan gerak sendi
• Latihan penguatan
• Aktivitas fungsional
• Pemanasan yang lebih dalam untuk meningkatkan sirkulasi darah
• Meningkatkan jarak gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot
• Menurunkan rasa nyeri
• Menurunkan rasa nyeri
• Pemanasan dalam untuk meningkatkan sirkulasi darah
• Pemanasan dalam untuk meningkatkan sirkulasi darah

Mengapa digunakan modalitas tersebut, maka ini didasarkan pada beberapa alasan ilmiah, antara lain:
1. Merangsang serabut afferent berdiameter tebal dengan menggunakan Stimulasi arus elektris misalnya dengan TENS
2. Menurunkan kecepatan transmisi serabut nyeri dengan Cold therapy/Cryo therapy atau dengan Ulntrasound therapy
3. Merangsang serabut afferent berdiameter halus melalui mekanisme kontrol nyeri dengan Low pawer laser, TENS teknik titik akupuntur/titik trigger
4. Merangsang pelepasan Beta Endorphin dan opium endogeneous lainnya melalui stimulasi yang lama terhadap serabut saraf berdiameter tipis dengan TENS

Bagaimana hal ini dapat terjadi, maka untuk nyeri itu sendiri terdapat empat mekanisme pengendalian, yakni:
1. Diturunkannya transmisi input sepanjang jalaran nosiseptik
2. Modulasi tanduk dorsalis yang disebabkan oleh input dari afferent berdiameter tebal melalui sistem gate control dan atau pelepasan enkepalin
3. Aktivasi serabut afferent descending yang disebabkan oleh efek dari input afferent berdiameter halus pada pusat yang lebih tinggi, termasuk thalamus, inti rafe, area abu-abu dari periaqueductal.
4. Pelepasan dari pusat opium endogeneous termasuk β-endorphin melalui stimulasi yang lama terhadap serabut afferent berdiameter halus

Sabtu, 21 Maret 2009

Reuni 2009


Malam Tudang Sipulung di Aula Bantimurung

Isotonik Exercises

Isometrik Exercises

Osteo artritis

Osteoarthritis
Osteoarthritis ditandai oleh nyeri yang biasa pada tangan dan sendi-sendi seperti lutut, hip, dan tulang belakang. Prevalensi penyakit ini paling banyak pada individu dengan usia 45 tahun ke atas. Perempuan paling banyak menderita OA
Apa itu OA?
Penyakit sendi degenerative, OA adalah salah satu bentuk arthritis yang paling tua. Penyakit ini menimbulkan kerusakan kartilago yng ditemukan dalam persendian. Kerusakan ini melepaskan penghalang antara tulang dan menyebabkan kedua tulang saling bergesekan, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan bahkan hilangnya gerak. Gejala-gejala termasuk rasa nyeri (kadang setelah latihan atau adanya masa pembebanan yang lama pada sendi penumpuh berat badan) dan menghambat atau bahkan menghilangkan jarak gerak sendi.









Ketika permukaan kartilago yang mengalami kerusakan, lutut yang rusak akan mengalami deformitas seperti bowleggedness (varus) atau knock knees (valgus). Deformitas ini akan dapat memberikan kontribusi rasa nyeri dan hilangnya fungsi sendi lutut.


Bagaimana sampai seseorang menderita Osteoarthritis?
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya dan menjeleknya penyakit tersebut:
Faktor resiko termasuk:
• Penuaan
• Obesitas
• Trauma sendi (olah raga, kerja atau kecelakaan)
• Genetika
Bagaimana sampai seseorang mengetahui bahwa dirinya mengalami osteoarthritis?
Seseorang harus mencari suatu diagnosis dari seorang dokter. Setelah pemeriksaan fisik dan rincian gejala yang telah didiskusikan, dokter kemungkinan akan merekomendasikan X-foto untuk mengkonfirmasikan keberadaan penyakit tersebut.
Bagaimana opsi pengobatan OA?
Opsi pengobatan OA, termasuk:
• Latihan pada sendi dan otot untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas
• Penatalaksanaan berat badan untuk menurunkan pembebanan pada sendi
• Pengobatan dengan obat Anti-inflammatory untuk kasus penyakit sendi degenerative
• Terapi panas/dingin
• Synovectomy (bedah pengeluaran jaringan synovial yang meradang)
• Osteotomy (restrukturisasi tulang pada area yang mengalami pembebanan berat badan agar menjadi jaringan yang lebih sehat)
• Partial knee replacements (unicompartmental knee – pelepasan bagian dari sendi yang mengalami gangguan sendi)
• Total knee replacement (diberikan jika OA yang terjadi sangat berat)
Bagaimana Aktivitas fungsional dan Rekreasinya?
Opsi AFR
• Berenang
• Jogging terukur
• Bersepeda
• Disain layout rumah

Senam Ergonomi

==========================================================
Makalah Ilmiah
Workshop “Nerve Mobilitation” dan Temu Alumni Fisioterapi
Ergonomic Exercises Pasca Nerve Mobilitation
Oleh Anshar Ramada Teja
Makassar, 12 Maret 2009
Rasionalisasi
Ergonomic adalah pendekatan natural dalam bekerja, dimana seseorang setelah bekerja akan mengalami kelelahan. Kelelahan ini tentu saja akan mengakibatkan berkurangnya “performance” seseorang dan perlu diantisipasi dengan pendekatan istirahat yang sesuai dengan “Hukum alamiah dalam bekerja”.
Umumnya pekerjaan saat ini menciptakan hipomobility dan cenderung memberikan pembebanan static, misalnya:

Hasil penelitian di Singapura, para tenaga kerja banyak yang menderita Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%, demikian pula penelitian di Paris terhadap 1505 tenaga kerja, 16 % mengalami gangguan musculoskeletal dan 47% diantaranya didominasi oleh gangguan hipomobility. Keadaan ini cenderung menjadi Trigger factor pada kasus Cummulative Traumatik Disorder (CTD).
Ergonomic exercises
Latihan ergonomic ( Ergonomic exercises) didisain untuk digunakan saat masa istirahat kerja di tempat kerja (workstation area) dan dapat membantu untuk mengurangi rasa kurang nyaman pada seseorang karyawan, karena melalui disain ini dapat memfasilitasi berkurangnya sakit kepala, strain pada mata, leher, punggung dan pinggang, bahu dan nyeri pada pergelangan tangan
Ergonomic exercises berbentuk latihan-latihan yang singkat dan dapat dilakukan secara regular saat waktu-waktu tertentu (istirahat) di tempat kerja.
Tujuan Ergonomic exercises adalah tercapainya “pain-free movement” melalui
 Pembebasan iritasi saraf dan perbaikan fleksibilitas saraf
 Mencegah pembebanan statik
 Normalisasi mikrosirkulasi saraf
 Koreksi postural
 Mobilisasi sendi, jaringan lunak
Prinsip neurofisiologi dari Ergonomic exercises
Disain Ergonomic exercises menggunakan prinsip Contraction-Hold-Relax adalah proses penyesuian terhadap karakteristik neurofisiologis dari jaringan konraktil, seperti:
1. The Muscle spindle (organ sensoris utama dari otot dan tersusun dari serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal). Muscle spindle memonitor kecepatan dan durasi penguluran.
2. The Golgi tendo organ (GTO) (merupakan organ yang sensitif terhadap “Tension” otot, dimana saat tension otot berhasil ditimbulkan secara kuat, maka GTO akan menstimulasi rileksasi otot)


Perlu diingat, bahwa latihan ini tidak boleh menimbulkan rasa nyeri dan rasa kurang nyaman.
Mengapa Kita Harus Melakukan Ergonomic Exercises
Seringkali dilupakan bahwa kasus yang ditangani oleh fisioterapis berupa perasaan kurang enak dan limitasi gerak fungsional setelah diberikan treatment yang adekuat seperti nerve mobilitation beberapa saat akan menunjukkan kemajuan yang berarti. Tetapi beberapa hari kemudian akan muncul kembali. Tentunya hal ini akan menimbulkan rasa frustasi bagi kedua belah pihak (fisioterapis dan klien), sehingga dibutuhkan analisis mendalam dan komprehensif segala faktor yang terkait dalam pengentasan masalah klien. Sebagai salah satu rekomendasi yang perlu diberikan adalah perubahan mindset untuk memahami aspek latihan mandiri dan terkontrol, misalnya dengan ergonomic exercises.
Petunjuk latihan Ergonomic exercises
• Kontraksi otot dengan kuat dan rasakan kontraksi tersebut
• Tahan kontraksi otot tersebut selama 5-10 second
• Lemaskan otot tersebut sampai terasa rileks
• Ulangi latihan tersebut sekali lagi
Prosedur Ergonomic Exercises
A. Tangan dan Pergelangan Tangan
Latihan 1
Ekstensi tangan kemudian buatlah genggaman pada tangan.

Latihan 2
Bengkokkan tangan pada sendi metacarpophalangeal, kemudian pertahankan agar jari-jari tersebut tetap lurus lalu ekstensikan.

Latihan 3
Saling genggamkan kedua tangan, putar tangan hingga telapak tangan menghadap ke atas lalu pertahankan posisi tersebut. Lanjutkan dengan memutar hingga telapak tangan menghadap ke bawah.

Latihan 4
Sendi siku dalam keadaan lurus, pegang tangan dengan tangan yang satu. Tekuk sendi pergelangan tangan sambil mempertahankan posisi tersebut beberapa saat. Pindahkan tangan ke sisi telapak tangan dan dorong ke atas ke arah ekstensi sendi pergelangan tangan dengan tetap mempertahankan posisi tersebut beberapa saat. Lakukan pada ke dua tangan

B. Bahu dan Leher
Latihan 1
Dalam posisi duduk, angkat kedua siku ke atas dan kedua tangan saling digenggamkan di belakang kepala. Tarik siku ke belakang hingga terasa penguluran, kemudian kembalikan posisi siku ke depan hingga keduanya saling bertemu.

Latihan 2
Duduk, posisikan kedua siku sejajar dengan level ketinggian bahu, bengkokkan kedua lengan hingga tangan menyentuh bahu. Kemudian luruskan kembali


Latihan 3
Dalam posisi duduk di atas kursi kerja. Pertemukan kedua tangan dlam keadaan ekstensi di atas kepala, kepala dalam keadaan rileks dan secara perlahan melakukan laterofleksi ke kanan dan kiri. Pertahankan agar posisi tubuh tetap dalam keadaan lurus.

Latihan 4
Dalam posisi duduk, rilekskan bahu kemudian angkat kedua bahu ke atas dan pendekkan leher.

Latihan 5
Duduk dengan kedua tangan pada bagian belakang badan. Satu tangan diletakkan di antara kedua scapula, tangan yang lain mendorong ke bawah dengan dorongan di sekitar siku. Ganti dengan sisi yang lainnya.

Latihan 6
Posisi berdiri atau duduk; palingkan kepala ke kanan dan ke kiri. Pertahankan agar kepala dan tulang belakang tetap lurus.

C. Anggota Gerak Atas
Latihan 1
Duduk, satu tangan menyilangi dada sedangkan tangan yang lain menekan di siku. Palingkan kepala ke arah bahu dari tangan yang sedang diberikan tekanan. Ulangi untuk tangan yang sebelahnya.

Latihan 2
Duduk, kedua siku diangkat selevel ketinggian bahu, putar badan ke kiri dan ke kanan dengan gerakan yang perlahan

Latihan 3
Duduk, kedua siku diangkat sebatas level bahu dan tekuk kedua siku hingga tangan saling bertemu di depan dada. Luruskan legan ke samping dan belakang. Kembalikan kedua lengan ke depan.

D. Pengurangan Ketegangan
Latihan 1
Posisi duduk di kursi, kedua kaki menapak di atas lantai dan tangan di letakkan di kedua lutut. Ekstensikan kedua tungkai dan lengan hingga terulur sepenuhnya, jari-jari tangan dan jari-jari kaki ekstensi kemudian kembali ke keadaan semula lalu rileks.

Latihan 2
Duduk. Secara bergantian ibu jari kaki disentuh dengan tangan yang kontralateral. Sementara tangan yang ipsilateral ke arah atas kepala, sehingga terjadi penguluran secara nyaman pada area trunkus. Kepala harus berpaling melihat tangan yang diangkat

Latihan 3
Ambil waktu sejenak untuk berdiri sambil berjalan beberapa saat untuk membantu meluruskan badan serta melatih tungkai secara general.

Latihan 4
Posisi duduk, kedua tangan disisi belakang badan, satu di sisi atas bahu dan satunya di sisi bawah bahu. Berusahalah untuk saling mempertemukan kedua tangan tersebut. Lakukan untuk tangan satunya dan ulangi latihan tersebut

Rekomendasi tambahan dalam pencegahan CTD pada klien adalah:
• Hindari beban kerja static saat bekerja
• Beban angkat dan angkut tidak melebihi standar ILO
• Pada pekerja computer, istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit.
• Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
• Lakukan peregangan dan senam saat istirahat (ergonomic exercises)
Referensi:
Carolyn Kisner dan Lynn Allen Colby, 1996, Therapeutic Exercises Foundations and Techniques, 3rd Edition, F.A. Davis Company, Philadelphia, USA
Tarwaka dkk, 2004, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Surakarta, Indonesia
Noor Fitriana, Bekerja di depan Komputer yng ergonomis, diakses dari www.batikjogja wordpress.com tanggal 5 januari 2009
Occupational Health, Safety and Welfare, 2009, Ergonomic Exercises, Hampshire Fire and Rescue Service, diakses dari www.ergonomic.com tanggal 20 Januari 2009

Seni hipnosis

Kamis, 12 Maret 2009

Workshop Neural Mobilitation

Pelaksanaan workshop sebagai rangkaian kegiatan reuni alumni fisioterapi makassar sejak tanggal 12 s/d 13 Maret 2009 telah berlangsung dengan jumlah peserta sekitar 60 orang. Hari I, setelah pembukaan oleh Bapak Ketua Jurusan Drs. H. Mustari Gani, SMPh, MPd. Acara ini turut dihadiri oleh Perwakilan dari Dinas Kesehatan prop. Sulse dan Direktur RS Dr. Tajuddin Chalid. Pembicara Mobilitation Neural yang kemudian dibuat Istilah oleh Bapak Drs. H Djohan Aras, SFT (Physio), MPd dengan istilah MONAS (Mobilitation of Nerve as A System) membahas Mobiliasasi saraf di kinik untuk area Columna Vertebralis, Dr. Cahyono Kaelan, P.hD, SpS dengan pembahasan tentang Patofisiologi Saraf Perifer.
Bahasan menarik juga dikemukakan oleh Bapak Sugiyanto, Dipl.PT yang mengangkat penatalaksanaan pada Lower Quadrant dan Upper Quadrant. Selanjutnya Anshar RamadaTeja membahas Ergonomic exercises sebagai rekomendasi untuk dilakukan pada klien setelah discharge guna meminimalkan kejadian recurrent. Selamat mencoba semua yang telah diperoleh selama workshop.

Rabu, 11 Maret 2009

Selasa, 10 Maret 2009

LPJ IKA Fisioterapi Makassar

Ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh periode kepenguruan IKA Fisioterapi makassar, yang pada tanggal 14 Maret 2009 akan merayakan ulang tahun kelahirannya.
Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pelaksanaan yang diamanatkan ke pengurus, maka kami ingin menggambarkan bahwa ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan:
1. Tahun 2004 melaksanakan Workshop di PMCC dengan judul Pijat Bayi dan keynote speaker : Dr. Utami
2. Tahun 2005 melaksanakan Workshop di Auditorium Akfis dengan judul Manual terapi pada Columna Vertebralis (pembicara Baak Sugiyanto, Dipl. PT)
3. Tahun 2006 melaksanakan Workshop di Auditorium Akfis denganpembicara Dra. Irawaty Chaidir
4. Tahun 2008 melaksanakan Workshop di Bapelkes dengan tema NMT pembicara Drs Djohan Aras, Dip. PT, MPd
5. Tahun 2009 melaksanakan Reuni yang dirangkaian dengan Workshop dan pembahasannya adalah Nerve Mobilitation
6. Kegiatan Silaturrahmi seperti rapat di Pantai Akkarena, Warung Kopi Phoenam, Warung makan Hj. Anni dan Tanjung Bayam
7. Rapat-rapat kegiatan di rumah-rumah anggota: Ibu Dharma, Pak Taufik, Pak Dwi, Pak Kartika Agung, Pak Anshar dan beberapa tempat lainnya
Kegiatan-kegiatan tersebut berkat kerjasama dengan para pihak; Jurusan Fisioterapi, IFI Cab. Makassar, Johnson&johnson, Flexasure, Sophie martin dll
Begitupula dengan kerjasama antar pengurus membuat dinamika organisasi IKA Fisioterapi makassar dapat tetap berjalan. Meskipun demikian kelemahan dari Kami (Anshar) selaku Ketua IKA yang diberi amanat sehingga masih banyak yang tidak berjalan dengan baik. Semoga kelemahan dan kekurangan kami tidak dijadikan panutan untuk melaksanakan kegiatan di waktu-waktu mendatang.
terima kasih dan selamat bekerja buat pengurus yang baru. Maafkan saya jika tidak dapat memberikan kesempurnaan pembelajaran berorganisasi. Motto kita adalah tetap Working together in Harmony and Trust"

Postur Normal