Minggu, 22 Maret 2009

Fisioterapi Traumatik

Fisioterapi pada Rudapaksa Akut
Oleh : Anshar Ramada Teja


Sebenarnya untuk mengembangkan suatu Feedback loop of Treatment dalam Fisioterapi yang saat ini dikenal sebagai proses fisioterapi, maka perlu dikenal the natural history of disease (riwayat perjalanan suatu penyakit) sebagai suatu upaya mengenal tingkatan akut atau kroniknya suatu penyakit.
Jika mengacu pada perjalanan suatu penyakit, misalnya karena adanya suatu trauma, maka perlu digambarkan fase-fasenya hingga memahami arti pentingnya proses penyembuhan seperti yang tergambar dalam fase-fase di bawah ini:


Demikian pula dengan tanda-tanda dari suatu inflamasi adalah:
1. Kemerahan
2. Pembengkakan
3. Nyeri tekan
4. Meningkatnya suhu
5. Gangguan fungsi gerak

Berdasarkan tanda-tanda tersebut di atas, maka seorang fisioterapi menjadikan sebagai petunjuk untuk merancang suatu pentalaksanaan pengobatan fisioterapi sekaligus dapat dijadikan sebagai indikator progresivitas keberhasilan suatu program pengobatan.

Untuk itu, diperlukan suatu penerapan proses fisioterapi yang terevaluasi dan reevaluasi, agar dapat memberikan arahan yang tepat dalam mengobati seorang pasien. Hal ini sangat dibutuhkan agar posisi fisioterapi sebagai profesi menjadi lebih aktual dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.

Kerangka acuan pengobatan

Fase Estimasi waktu Gambaran Klinis Kemungkinan modalitas yang digunakan Rasionalisasi penggunaannya
Akut Saat trauma sampai dengan hari ketiga Pembengkakan, sakit saat disentuh, sakit saat digerakkan • Cryotherapy/terapi es
• Electrical Stimulation Current/Stimulasi arus elektris
• Intermittent Compression/penekanan berkala
• Low power laser/Laser power rendah
• Ultrasound
• Istirahat • Menurunkan pembengkakan, dan menurunkan nyeri
• Menurunkan nyeri
• Menurunkan pembengkakan
• Menurunkan nyeri
• Efek non-thermal untuk memacu penyembuhan
Respon Peradangan Hari pertama sampai dengan hari keenam Bengkak berkurang, hangat saat disentuh, perubahan warna kulit, sakit saat disentuh, sakit saat digerakkan • Cryotherapy/terapi es
• Electrical Stimulation Current/Stimulasi arus elektris
• Intermittent Compression/penekanan berkala
• Low power laser/Laser power rendah
• Ultrasound
• Latihan gerak sendi • Menurunkan pembengkakan, menurunkan nyeri
• Menurunkan nyeri
• Menurunkan pembengkakan
• Menurunkan nyeri
• Efek non-thermal untuk memacu penyembuhan
Perbaikan Fibroblastik Hari keempat sampai dengan hari ke sepuluh Sakit saat disentuh, sakit saat digerakkan, bengkak • Thermotherapy/pemanasan
• Electrical Stimulation
Current/Stimulasi arus elektris
• Low power laser/Laser power rendah
• Intermittent Compression/penekanan berkala
• Ultrasound
• Latihan gerak sendi
• Latihan penguatan • Panas ringan untuk meningkatkan alian darah
• Menurunkan rasa nyeri melalui muscle pumping (penekanan otot)
• Menurunkan rasa nyeri
• Memfasilitasi aliran limfatik
• Efek non-thermal untuk memacu penyembuhan
Maturasi dan pembentukan kembali Hari ketujuh sampai dengan pemulihan Bengkak, tidak ada lagi nyeri saat disentuh, berkurangnya nyeri saat digerakkan • Ultrasound
• Electrical Stimulation
Current/Stimulasi arus elektris
• Low power laser/Laser power rendah
• Shortwave diathermy/SWD
• Microwave diathermy/MWD
• Latihan gerak sendi
• Latihan penguatan
• Aktivitas fungsional
• Pemanasan yang lebih dalam untuk meningkatkan sirkulasi darah
• Meningkatkan jarak gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot
• Menurunkan rasa nyeri
• Menurunkan rasa nyeri
• Pemanasan dalam untuk meningkatkan sirkulasi darah
• Pemanasan dalam untuk meningkatkan sirkulasi darah

Mengapa digunakan modalitas tersebut, maka ini didasarkan pada beberapa alasan ilmiah, antara lain:
1. Merangsang serabut afferent berdiameter tebal dengan menggunakan Stimulasi arus elektris misalnya dengan TENS
2. Menurunkan kecepatan transmisi serabut nyeri dengan Cold therapy/Cryo therapy atau dengan Ulntrasound therapy
3. Merangsang serabut afferent berdiameter halus melalui mekanisme kontrol nyeri dengan Low pawer laser, TENS teknik titik akupuntur/titik trigger
4. Merangsang pelepasan Beta Endorphin dan opium endogeneous lainnya melalui stimulasi yang lama terhadap serabut saraf berdiameter tipis dengan TENS

Bagaimana hal ini dapat terjadi, maka untuk nyeri itu sendiri terdapat empat mekanisme pengendalian, yakni:
1. Diturunkannya transmisi input sepanjang jalaran nosiseptik
2. Modulasi tanduk dorsalis yang disebabkan oleh input dari afferent berdiameter tebal melalui sistem gate control dan atau pelepasan enkepalin
3. Aktivasi serabut afferent descending yang disebabkan oleh efek dari input afferent berdiameter halus pada pusat yang lebih tinggi, termasuk thalamus, inti rafe, area abu-abu dari periaqueductal.
4. Pelepasan dari pusat opium endogeneous termasuk β-endorphin melalui stimulasi yang lama terhadap serabut afferent berdiameter halus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar